[Kisah Cinta Jelang Aksi 212] Ketika Dosen Lihat Kaki Santri Ciamis Berdarah

Maimon Herawati memberikan sandal jepit dan sandal gunung kepada santri Ciamis

Tiap-tiap melalui permukiman, beberapa ribu santri Ciamis disambut dengan penuh cinta. Ada rasa bangga pada anak-anak muda yang meniti beberapa ratus Km. untuk Kalam SuciNya, ada juga rasa haru berpadu air mata.

Satu diantara fragmen cinta itu terkisah apik waktu seseorang dosen Kampus Padjadjaran (Unpad) lihat kaki salah seseorang santri berdarah.

Ini kisahnya seperti dituturkan sendiri oleh Dosen Unpad Maimon Herawati :

Waktu Hati Berdetak lantaran Hal yang Sama


Selesai mengajar kelas pagi, saya turun ke Jatos. Dengan Isna, kami pilih sandal gunung serta sepatu nyaman gunakan. Semua sandal serta sepatu ukuran 39-42 kami beli. Teteh penjaga toko menelpon yang memiliki toko, minta harga begitu murah di banding harga yang tercatat di sandal gunung itu.

Gembolan besar itu dengan cukup susah dibawa memakai motor ke arah Dangdeur.

Disana berbaris orang-orang. Murid TK hingga SMK. Remaja hingga nenek kakek. Di depan mereka beragam hal : pakaian, makanan, sepatu dll.

Pekikan takbir terdengar sesekali. Juga yel yel. " Islam menyatu, tak dapat ditaklukkan! '

Kepala-kepala itu melongok, menunggu-nunggu kehadiran remaja santri Ciamis.

" Mereka hebat. Mereka mengagumkan. " Sekian komen-komen yang terdengar.

Saya memadukan diri dengan rekan yang lain.

Nyaris sejam, satu persatu mujahid remaja itu mendekat. Beberapa bertopi lebar. Muka mereka penuh senyum. Beberapa mereka, tangannya telah penuh dengan beberapa barang.

Orang-orang mesti dipaksa mundur lantaran semuanya berebut ke tengah jalan, membawakan beragam hal.

" Dihimpun saja dalam truk, Ibu-Ibu, " pinta koordinator. " Kelak bakal diberikan. "

Terdapat beberapa yang mengusap airmata.

Sekejab saja sandal-sandal gunung serta sepatu itu habis.

Di depan saya masihlah melalui remaja-remaja santri.

Wartawan Pada yang berdiri tidak jauh dari saya menerangkan jumlah santri yang dia saksikan sekitar 1500 orang.

Ada yang bersandal jepit. Kakinya terlihat sisa darah jadi kering.

" Nomer kakimu berapakah, Nak? "

Dia mendongak. " 43. "

Saya tersenyum. " Maaf ya, Bu Imun belum beli nomer itu tadi. Bu Imun bakal selekasnya beli serta kirimkan ya. Insya Allah. "

Dengan Isna, kami kembali pada Jatinangor, mencari toko sepatu yang lain. Lagi semua sandal gunung serta sepatu nyaman ukuran 42-44 stock toko di habiskan. Plus berlusin-lusin kaos kaki.

Kembali pada Cipacing.

Santri-santri telah berkumpul di RM Sehati. Saya memperoleh informasi dari Faris ada Gubernur Jawa barat didalam. Banyak bus berjejer diluar tempat tinggal makan.

Saya menyerahkan gembolan pada Faris.

Saya sendiri tidak lama disana lantaran mesti jadi pembicara pada seminar nasional di universitas.

Pernah bertelponan dengan Kang Teddy Setiadi. Beliau juga di lapangan.

Selama jalan tadi, banyak didapati muka yang kerap berbarengan dalam kesibukan kepalestinaan serta yang lain.

Ah, waktu hati itu berdetak lantaran hal yang sama.... tak janjian juga Allah pertemukan.

Mudah-mudahan demikian pula sebaiknya kelak pertemuan di surga. Amiin.


      Masyarakat antusias sambut Santri Ciamis

                                          
Maimon Herawati siapkan banyak sepatu gunung untuk santri Ciamis
[Kisah Cinta Jelang Aksi 212] Ketika Dosen Lihat Kaki Santri Ciamis Berdarah [Kisah Cinta Jelang Aksi 212] Ketika Dosen Lihat Kaki Santri Ciamis Berdarah Reviewed by Unknown on 17.48 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.